Manusia adalah makhluk sosial, yang selalu berkelompok dan  saling membutuhkan satu sama lain. Kajian sosiologi pendidikan  menekankan implikasi dan akibat sosial dari pendidikan dan memandang  masalah-masalah pendidikan dari sudut totalitas lingkup sosial  kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat. Apabila psikologi  pendidikan memandang gejala pendidikan dari konteks perilaku dan  perkembangan pribadi, maka sosiologi pendidikan memandang gejala  pendidikan sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat. Dilihat dari  objek penyelidikannya sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu  sosial terutama sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara umum juga  merupakan bagian dari kelompok ilmu sosial. Sedangkan yang termasuk  dalam lingkup ilmu sosial antara lain: ilmu ekonomi, ilmu hukum, ilmu  pendidikan, psikologi, antropologi dan sosiologi. Dari sini terlihat  jelas kedudukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan telah memiliki lapangan  penyelidikan, sudut pandang, metode dan susunan pengetahuan yang jelas.  Objek penelitiannya adalah tingkah laku manusia dan kelompok. Sudut  pandangnya memandang hakikat masyarakat, kebudayaan dan individu secara  ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuannya terdiri dari atas konsep-konsep  dan prinsip-prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan  perkembangan pribadi. Dengan segala keunikan yang dimiliki oleh  sosiologi pendidikan, kali ini kami selaku pemakalah akan membahas  pengertian, ruang lingkup, sejarah, dan tujuan dan kegunaan sosiologi  pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian
Secara harfiah atau etimologi (definisi nominal), Sosiologi  berasal dari bahasa Latin: Socius = teman, kawan, sahabat, dan  logos = ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut terminologi,  definisi Sosiologi berdasarkan para pakar adalah sebagai berikut[1]:
a.   sosiologi adalah studi tentang hubungan antara manusia  (human relationship). (Alvin Bertrand)
b.   sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang  mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara  manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan  kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis.  (Mayor Polak)
c.   sosiologi adalah ilmu masyarakat umum. (P.J. Bouwman)
d.   sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang  mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk  perubahan-perubahan sosial. (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi).
Jadi kami selaku pemakalah dapat menyimpulkan bahwa  sosiologi itu adalah suatu ilmu yang mempelajari suatu interaksi  seseorang dengan orang lain dan lingkungan masyarakat. Sekarang  bagaimana dengan pengertian sosiologi pendidikan itu sendiri?
Mengenai pertanyaan diatas ada dua pendapat, yaitu:
1.   Menurut Prof. Dr. S. Nasution, MA. Mengatakan bahwa  memberikan definisi sosiologi pendidikan tidak mudah. Para ahli  pendidikan dan ahli sosiologi telah berusaha untuk memberikan definisi  sosiologi pendidikan, namun definisi-definisi itu kebanyakan tidak  terpakai oleh orang lapangan. Kesukaran untuk memperoleh definisi yang  mantap tentang sosiologi pendidikan antara lain disebabkan[2]:
(a)  sukarnya membatasi bidang studi di antara bidang  pendidikan dan bidang sosiologi.
(b)  kurangnya penelitian dalam bidang ini, dan
(c)  belum nyatanya sumbangannya kepada pendidikan umumnya  dan pendidikan guru khususnya.
2.   Pendapat yang kedua, para ahli memberikan  pengertiannya, yaitu[3]:
(a)  Menurut F.G. Robbins, sosiologi  pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur  dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan  filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan  hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika  yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan  hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
(b)   Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya  ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan  adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah  pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
(c)  Menurut Prof. DR S.  Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikana dalah ilmu yang berusaha  untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk  mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
(d)  Menurut F.G Robbins dan Brown,  Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan  hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan  serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari  kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
(e)    Menurut E.G Payne, Sosiologi  Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan  dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
(f)     Menurut Drs. Ary H. Gunawan,  Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan  masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi  pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik  itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek  lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
B.  Ruang Lingkup
Berbicara mengenai ruang lingkup sosiologi pendidikan, hal  ini tidak terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu sosiologi disebut  juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu yang membicarakan masyarakat.  Berikut kami akan tampilkan secara sistematis mengenai ruang lingkup  pembahasan sosiologi sebagai berikut[4]:
1.   Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain  dalam masyarakat.
Dalam kategori ini terdapat antara lain masalah-masalah  sebagai berikut:
a.   fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b.   hubungan antara sistem pendidikan dengan proses  kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c.   fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial  dan kultural atau usaha mempertahankan status quo.
d.   hubungan pendidikan dengan sistem tingkat atau status  sosial
e.   fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan  kelompok rasial, kultural dan sebagainya.
2.   Hubungan antar-manusia di dalam sekolah
Lapangan kedua ini menganalisis struktur sosial di dalam  sekolah, pola kebudayaan di dalam sistem sekolah menunjukkan perbedaan  dengan apa yang terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah. Di dalam  bidang ini dapat dipelajari:
a.   hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya  dengan kebudayaan di luar sekolah.
b.   pola interaksi sosial atau struktur masyarakat  sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan antara berbagai  unsur di sekolah, kepemimpinan dan hubungan kekuasaan, stratifikasi  sosial dan pola interaksi informal sebagai terdapat dalam clique serta  kelompok-kelompok murid lainnya.
3.   Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian  semua pihak di sekolah
Dalam bidang ini diutamakan aspek proses pendidikan itu  sendiri. Di sini kita analisis kepribadian dan kelakuan guru, murid dan  lain-lain atas pengaruh partisipasi dalam keseluruhan sistem pendidikan.
4.   Sekolah dalam masyarakat
Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah  dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat disekitar  sekolah. Antara lain dapat dipelajari:
a.   pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah
b.   analisis proses pendidikan yang terdapat dalam  sistem-sistem sosial dalam masyarakat luar sekolah
c.   hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam  pelaksanaan pendidikan
d.   faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat  bertalian dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem  pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam keseluruhan  kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Drs. Ary H. Gunawan mengatakan bahwa  ruang lingkup kajian sosiologi adalah sebagai berikut[5]:
a.   struktur sosial adalah jalinan dari seluruh  unsur-unsur sosial
b.   unsur-unsur sosial, yang pokok adalah norma/kaidah  sosial, lembaga sosial, kelompok sosial, dan lapisan sosial.
c.   proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara  berbagai segi kehidupan bersama.
d.   perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi  pada lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem  sosial, seperti nilai, sikap, dan sebagainya.
Jadi kami selaku pemakalah menyimpulkan bahwa ruang lingkup  sosiologi pendidikan adalah
- Objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia tersebut didalam masyarakat.
- Jadi pada dasarnya sosiologi mempelajari masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya.
- Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul pertumbuhannya serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotannya.
C.  Sejarah Sosiologi Pendidikan
Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun  tidak, sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan dengan  hubungan-hubungan social yaitu hubungan antara manusia dalam masyarakat.  Hubungan sosial out dimulai dari hubungan antara anak dengan orang tua  kemudian meluas hingga ketetangga[6].
Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses pengenalan  dan proses pengenalan tersebut mencakup berbagai budaya, nilai, norma  dan tanggung jawab manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan  masyarakat yang berbeda-beda dengan masalah yang berbeda pula.
Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu  dia dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798.  Ia merupakan seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang  sekarang dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan  sosiologi atas statika social dan dinamika social dan sosiologi  mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1.   Bersifat empiris yaitu didsarkan pada observasi dan  akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2.   Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun  abstraksi dan hasil observasi.
3.   Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi  dibentuk berdasarkan teori yang ada kemudian diperbaiki, diperluas dan  diperhalus
4.   Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk  suatu fakta tertentu tetapi untuk menjelaskan fakta tersebut.
Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan  manusia mesti melalui tiga tahapan perkembangan teori secara  berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan, metafisika atau abstrak  dan saintifik atau positif[7].
Setelah selesai perang dunia II, perkembangan masyarakat  berubah secara drastis dimana masyarakat dunia mengingnkan adanya  perubahan dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap  penyesuaian perilaku lembaga pendidikan. Oleh karena itu disiplin  sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam dimunculkan kembali sebagai  bagian dari ilmu-ilmu penting dilembaga pendidikan[8].
Menurut pendapat Drs. Ary H. Gunawan, bahwa sejarah  sosiologi pendidikan terdiri dari 4 fase, yaitu[9]:
a.   fase pertama, dimana sosiologi sebagai bagian dari  pandangan tentang kehidupan bersama filsafat umum. Pada fase ini  sosiologi merupakan cabang filsafat, maka namanya adalah filsafat  sosial.
b.   Dalam fase kedua ini, timbul keinginan-keinginan untuk  membangun susunan ilmu berdasarkan pengalaman-pengalaman dan  peristiwa-peristiwa nyata (empiris). Jadi pada fase ini mulai adanya  keinginan memisahkan diri antara filsafat dengan sosial.
c.   sosiologi pada fase ketiga ini, merupakan fase awal  dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang  mengatakan bahwa Comte adalah “bapak sosiologi”, karena ialah yang  pertama kali mempergunakan istilah sosiologi dalam pembahasan tentang  masyarakat.
Sedangkan Saint Simon dianggap sebagai “perintis jalan”  bagi sosiologi. Ia bermaksud membentuk ilmu yang disebut  “Psycho-Politique”.
Dengan ilmu tersebut Saint Simon dan juga Comte mengambil  rumusan dari Turgot (1726-1781) sebagai orang yang berjasa terhadap  sosiologi, sehingga sosiologi menjadi tumbuh sendiri.
d.   pada fase yang terakhir ini, ciri utamanya adalah  keinginan untuk bersama-sama memberikan batas yang tegas tentang obyek  sosiologi, sekaligus memberikan pengertian-pengertian dan metode-metode  sosiologi yang khusus. Pelopor sosiologi yang otonom dalam metodenya ini  berada pada akhir abad 18 dan awal 19 antara lain adalah Fiche,  Novalis, Adam Muller, Hegel, dan lain-lain.
D.  Tujuan dan Kegunaan Sosiologi
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan  memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan  cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S.  Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha  untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk  memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua  pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat  disebutkan beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu  sebagai berikut[10]:
- Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
- Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
- Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalammasyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
- Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup social.
- Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
- Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato  (427-327 BC), pendidikannya lebih mengutamakan penciptaan manusia  sebagai pemikir, kemudian sebagai ksatria dan penguasa. Pada zaman  Romawi, seperti masa kehidupan Cicero (106-43 BC), pendidikan  mengutamakan penciptaan manusia yang hmanistis. Pada abad pertengahan,  pendidikan mengutamakan menjadikan manusia sebagai pengabdi Khalik (baik  versi Islam maupun versi Kristiani). Pada abad pertengahan  (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778),  Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939).  Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai manusia yang  memiliki karakteristik yang unik.
Menurut Nasution ada beberapa konsep tentang tujuan  Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut[11]:  (1) analisis proses sosiologi (2) analisis kedudukan pendidikan dalam  masyarakat, (3) analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah  dengan masyarakat, (4) alat kemajuan dan perkembangan social, (5) dasar  untuk menentukan tujuan pendidikan, (6) sosiologi terapan, dan (7)  latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas  menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah  proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu  untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya.  Pada sisi yang lain, sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan  yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap  individu sebagai anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan  pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam  masyarakatnya.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat  dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.  Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim upaya-upaya  agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan  itu sendiri. Secara universalm tujuan dan fungsi pendidikan itu adalah  memanusiakan manusia oleh manusia yang telah memanusia. Itulah sebabnya  system pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 adalah  “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan  martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun  nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan  diselenggarakan adalan: (1) untuk mengembangkan kemampuan manusia  Indonesia, (2) meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesiam (3)  meningkatkan martabat manusia Indonesia, (4) mewujudkan tujuan nasional  melalui manusia-masusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan  diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia  tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri,mmeningkatkan mutu  kehidupan, meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional[12].
Kegunaan atau faedah sosiologi untuk kehidupan sehari-hari,  yaitu[13]:
1.   Untuk pekerjaan sosial, sosiologi memberikan  gambaran/pengertian tentang berbagai problem sosial, sehingga dapat  dicari solusinya secara tepat dan akurat.
2.   Untuk pembangunan pada umumnya, sosiologi memberikan  pengertian tentang masyarkat secara luas, sehingga dengan gambaran  tersebut para perencana dan pelaksana pembangunan dapat mencari pola  pembangunan yang paling sesuai agar berhasil.
E.   Kesimpulan
Untuk memudahkan para audiens dalam memahami makalah kami  ini, berikut kami akan merangkum sejumlah isi makalah kami secara  ringkas dan padat, yaitu:
1.   Sosiologi ialah pengetahuan yang mempelajari hubungan  sosial antara sesama manusia (individu dan individu), antara individu  dengan kelompok, serta sifat perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga  dan ide-ide sosial.
2.   Latar belakang timbulnya sosiologi pendidikan ialah  disebabkan karena masyarakat mengalami perubahan sosial yang cepat.  Perubahan sosial itu menimbulkan cultural lag. Cultural lag ini  merupakan sumber masalah sosial dalam masyarakat. Masalah sosial itu di  alami oleh dunia pendidikan. Lembaga pendidikan tidak mampu mengatasinya  kemudian ahli sosiologi menyumbangkan pemikiran-pemikirannya untuk  memecahkan masalah itu, maka lahirlah sosiologi pendidikan.
3.   Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk  mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara  keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim  uapaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai  menurut pendidikan itu sendiri.
[1]  Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka  Cipta, 2000), cet. I, hlm. 3.
[2]  S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,  1999), cet. II, hlm. 1.
[3]  Hartoto. 2008. Defenisi Sosiologi Pendidikan. Online (http://www.fatamorghana.  wordpress.com, diakses 27 Agustus 2008).
[4]  S. Nasution, op. Cit., hlm. 6-7.
[5]  Ary H. Gunawan, op. Cit., hlm.5.
[6]  Abdul Syari, Sosiologi dan perubahan masyarakat,  (Jakarta:  Pustaka Jaya, 1995), hlm 12.
[7]  Soekadijo, Tendensi dan tradisi dalam sosiologi pembangunan,  (Jakarta: PT. Gramedia, 1989), hlm. 4.
[8]  Muhyi Batu Bara, Sosiologi pendidikan, (Jakarta: PT. Ciputat  Press, 2004), hlm. 5.
[9]  Ary H. Gunawan, loc. Cit.
[10]  Kangngari, online (http://kangngari.wordpress.com/sosiologi-pendidikan,  diakses 27 Agustus 2008)
[11]  Nasution, op. Cit., hlm. 2-4.
[12]  Kangngari, loc. Cit.
[13]  Ary H. Gunawan, op. Cit., hlm. 15.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar