Metede
ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala jalan atau cara dalam
rangka untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa adanya metode
ilmiah, suatu ilmu pengetahuan sebenarnya bukanlah suatu ilmu melainkan
sekumpulan atau himpunan ilmu pengetahuan saja mengenai gejala (alam
atau masyarakat) yang tak di sadari. Untuk mengetahui kesatuan
pengetahuan inilah salah satu yang dapat kita gunakan adalah dengan
“mengumpulan fakta”.
Pada umumnya, metode-metode
pengumpulan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat digolongkan dalam tiga
golongan, yaitu penelitian di lapangan, laboratorium dan penelitian
perpustakaan. Tetapi penulis akan membahas dari segi penelitian lapangan
(field work).
Field work dalam antropologi budaya
merupakan cara yang penting untuk mengumpulkan fakta-fakta yang bersifat
kualitatif. Dimana para peneliti datang sendiri dan menceburkan diri
dalam suatu masyarakat untuk mendapatkan keterangan mengenai masyarakat
tersebut, mereka sangat tertarik dengan tindakan dan kelakuan masyarakat
yang diteliti. Metode-metode itulah yang terhimpun dalam berbagai
wawancara dan catatan hasil wawancara maupun pengamatan yang disebut
dengan field notes (Koentjraningrat, 2002).
Mengapa peneliti membuat field
notes? Apa pentingnya?
Dalam field work mengandalkan
pengamatan (observasi) dan wawancara dalam pengumpulan fakta di
lapangan sangat diperlukan. Catatan tersebut berupa coretan, berisi
kata-kata, mungkin gambar, sketsa, diagram dan lain sebagainya. Hal ini
berguna antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium dan diraba.
Menurut Bogdan dan Biklen (1982:74) dalam Koentjranigrat (2002) bahwa
catatan tertulis berisi tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan
difikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap fakta
dalam penelitian lapangan. Sehingga peneliti
dapat mudah menganalisis. Selain itu, konsep dan hipotesa serta teori
dapat diperoleh karena semuanya tidak dapat dihafal dengan sekejam mata.
Bahkan Moleong dalam bukunya
metode penelitian kualitatif mengatakan bahwa field notes
merupakan “jantung” dalam penelitian kualitatif.
Keadaan terlihat sepi sewaktu saya berjalan
mengelilingi pulau. Seperti biasa, kaum lelaki sudah terlihat di laut
bersama perahunya sedangkan kaum wanita sibuk didalam rumah.
Tanggapan
penulis :
Setiap pagi di pulau tersebut
masyarakat mengerjakan aktivitasnya masing-masing.
(field notes penulis di Pulau
Saugi, Pangkep Sulsel)
Pada dasarnya field notes
berisi dua bagian. Pertama, bagian deskriptif yang berisi gambaran
tentang latar pengalaman, orang, tindakan dan pembicaraan. Bagian inilah
yang paling panjang yang berisi semua peristiwa dan pengalaman yang
didengar dan dilihat serta dicatat secara lengkap dan seobjektif mungkin
(sangat rinci). Kedua, bagian reflektif yang berisi kerangka berfikir
dan pendapat peneliti, gagasan dan kepeduliannya (Bogdan dan Biklen,
1982:84-89 dalam Moleong).
Sebagai seorang peneliti
pemula penulis menganjurkan bahwa dalam penulisan field notes
sebaiknya jangan menunda-nunda untuk mengerjakannya. Setelah tiba di
tempat tinggal (seusai wawancara atau observasiI) mulailah
mencatat, ini memudahkan anda untuk tidak melupakan kejadian-kejadian
yang baru dialami. Sebisa mungkin hindari godaan-godaan seperti misalnya
anda diajak bersama teman pergi ke suatu tempat atau bermain bersama.
Carilah tempat yang sepi agar anda lebih berkonsentrasi, jangan lupa
siapkan alat tulis dan sebagainya.
Field notes yang telah dikumpulkan
harus diubah menjadi sebuah tulisan sehingga dapat dibaca, tidak hanya
dapat memudahkan peneliti dalam menyusun laporan hasil penelitian tetapi
berguna juga untuk mengingat penelitian-penelitian yang telah peneliti
lakukan di waktu yang akan datang (mengaitkan hasil penelitiaan yang
satu dengan yang lain).
Mengubah Field notes menjadi
sebuah karangan yang dapat dibaca oleh orang lain, memerlukan metode
tersendiri. Olahannya tersebut harus menjadi sebuah deskripsi (telah
penulis sebutkan sebelumnya). Contoh : hasil penelitian penulis di Dusun
Puntondo, Takalar Sulsel. Mengobservasi dan mendengarkan keterangan
dari masyarakat disana. Pada saat tertentu penulis mengobservasi
aktivitas di Jera’na Karaengta (sebuah makam kuno yang disucikan oleh
masyarakat setempat), masyarakat membawa banyak jenis makanan ketika
datang ke sana. Lalu penulis mendengar dari informannya bahwa masyarakat
yang datang di Jera’na Karaengta membawa banyak jenis makanan di
waktu-waktu tertentu untuk melaksaknakan upacara yang disucikan
(sakralkan). Dari peristiwa (kejadian) yang telah di observasi
dan didengarkan tersebut penulis membuat sebuah catatan deskripsi secara
induktif dalam karangannya yaitu masyarakat membawa banyak jenis
makanan dalam upacara suci yang dilaksanakan di Jera’na Karaengta.
Untuk memulai membuat sebuah
field notes dalam field work bagi seorang peneliti pemula
seperti penulis memang tidaklah mudah. Mengawali sesuatu yang jarang
atau bahkan tidak pernah kita kerjakan sebelumnya memang terasa asing
bagi kita, tak terkecuali oleh penulis. Berawal dari keberanian dengan
sedikit ilmu dapat membuat penulis menghasilkan sebuah field notes
dari salah satu penelitiannya. Anda pun mampu mencobanya!!
Referensi :
Koentjaraningrat (2002) Pengantar Ilmu
Antropologi, Jakarta, PT Riene Citra.
Moleong (1995) Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT
Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar