Jumat, 28 Oktober 2011

Field Note

Metede ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala jalan atau cara dalam rangka untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Tanpa adanya metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan sebenarnya bukanlah suatu ilmu melainkan sekumpulan atau himpunan ilmu pengetahuan saja mengenai gejala (alam atau masyarakat) yang tak di sadari. Untuk mengetahui kesatuan pengetahuan inilah salah satu yang dapat kita gunakan adalah dengan “mengumpulan fakta”.
Pada umumnya, metode-metode pengumpulan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat digolongkan dalam tiga golongan, yaitu penelitian di lapangan, laboratorium dan penelitian perpustakaan. Tetapi penulis akan membahas dari segi penelitian lapangan  (field work).
Field work dalam antropologi budaya merupakan cara yang penting untuk mengumpulkan fakta-fakta yang bersifat kualitatif. Dimana para peneliti datang sendiri dan menceburkan diri dalam suatu masyarakat untuk mendapatkan keterangan mengenai masyarakat tersebut, mereka sangat tertarik dengan tindakan dan kelakuan masyarakat yang diteliti. Metode-metode itulah yang terhimpun dalam berbagai wawancara dan catatan hasil wawancara maupun pengamatan yang disebut dengan field notes (Koentjraningrat, 2002).
Mengapa peneliti membuat field notes? Apa pentingnya?
Dalam field work mengandalkan pengamatan (observasi) dan wawancara dalam pengumpulan fakta di lapangan sangat diperlukan. Catatan tersebut berupa coretan, berisi kata-kata, mungkin gambar, sketsa, diagram dan lain sebagainya. Hal ini berguna antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium dan diraba. Menurut Bogdan dan Biklen (1982:74) dalam Koentjranigrat (2002) bahwa catatan tertulis berisi tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan difikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap fakta dalam penelitian lapangan.  Sehingga  peneliti dapat mudah menganalisis. Selain itu, konsep dan hipotesa serta teori dapat diperoleh karena semuanya tidak dapat dihafal dengan sekejam mata.

Bahkan Moleong dalam bukunya metode penelitian kualitatif mengatakan bahwa field notes merupakan “jantung” dalam penelitian kualitatif.

Keadaan terlihat sepi sewaktu saya berjalan mengelilingi pulau. Seperti biasa, kaum lelaki sudah terlihat di laut bersama perahunya sedangkan kaum wanita sibuk didalam rumah.
Tanggapan penulis :
Setiap pagi di pulau tersebut masyarakat mengerjakan aktivitasnya masing-masing.

(field notes penulis di Pulau Saugi, Pangkep Sulsel)

Pada dasarnya field notes berisi dua bagian. Pertama, bagian deskriptif yang berisi gambaran tentang latar pengalaman, orang, tindakan dan pembicaraan. Bagian inilah yang paling panjang yang berisi semua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan dilihat serta dicatat secara lengkap dan seobjektif mungkin (sangat rinci). Kedua, bagian reflektif yang berisi kerangka berfikir dan pendapat peneliti, gagasan dan kepeduliannya (Bogdan dan Biklen, 1982:84-89 dalam Moleong).

Sebagai seorang peneliti pemula penulis menganjurkan bahwa dalam penulisan field notes sebaiknya jangan menunda-nunda untuk mengerjakannya. Setelah tiba di tempat tinggal (seusai wawancara atau observasiI) mulailah mencatat, ini memudahkan anda untuk tidak melupakan kejadian-kejadian yang baru dialami. Sebisa mungkin hindari godaan-godaan seperti misalnya anda diajak bersama teman pergi ke suatu tempat atau bermain bersama. Carilah tempat yang sepi agar anda lebih berkonsentrasi, jangan lupa siapkan alat tulis dan sebagainya.

Field notes yang telah dikumpulkan harus diubah menjadi sebuah tulisan sehingga dapat dibaca, tidak hanya dapat memudahkan peneliti dalam menyusun laporan hasil penelitian tetapi berguna juga untuk mengingat penelitian-penelitian yang telah peneliti lakukan di waktu yang akan datang (mengaitkan hasil penelitiaan yang satu dengan yang lain).

Mengubah Field notes menjadi sebuah karangan yang dapat dibaca oleh orang lain, memerlukan metode tersendiri. Olahannya tersebut harus menjadi sebuah deskripsi (telah penulis sebutkan sebelumnya). Contoh : hasil penelitian penulis di Dusun Puntondo, Takalar Sulsel. Mengobservasi dan mendengarkan keterangan dari masyarakat disana. Pada saat tertentu penulis mengobservasi aktivitas di Jera’na Karaengta (sebuah makam kuno yang disucikan oleh masyarakat setempat), masyarakat membawa banyak jenis makanan ketika datang ke sana. Lalu penulis mendengar dari informannya bahwa masyarakat yang datang di Jera’na Karaengta membawa banyak jenis makanan di waktu-waktu tertentu untuk melaksaknakan upacara yang disucikan (sakralkan). Dari peristiwa (kejadian) yang telah di observasi dan didengarkan tersebut penulis membuat sebuah catatan deskripsi secara induktif dalam karangannya yaitu masyarakat membawa banyak jenis makanan dalam upacara suci yang dilaksanakan di Jera’na Karaengta.

Untuk memulai membuat sebuah field notes dalam field work bagi seorang peneliti pemula seperti penulis memang tidaklah mudah. Mengawali sesuatu yang jarang atau bahkan tidak pernah kita kerjakan sebelumnya memang terasa asing bagi kita, tak terkecuali oleh penulis. Berawal dari keberanian dengan sedikit ilmu dapat membuat penulis menghasilkan sebuah field notes dari salah satu penelitiannya. Anda pun mampu mencobanya!!


Referensi :
Koentjaraningrat (2002) Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, PT Riene Citra.
Moleong (1995) Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar